Senin, 11 Maret 2013

ketika SUHARTO TELAH WAFAT

Jauh sebelum meninggal pada 27 Januari 2008, Soeharto telah memilih makam untuk dirinya. Meski berhak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Soeharto memilih untuk dimakamkan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.

Tidak sembarangan Soeharto memilih dimakamkan di tempat tersebut, kecintaannya pada sang istri, Ibu Tien membuatnya Astana Giribangun dipilih sebagai tempat peristirahatannya yang terakhir.

Makam ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram. Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 666 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.

Dalam buku otobiografi, 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang diterbitkan tahun 1989, Presiden Kedua Republik Indonesia tersebut berpesan kelak jika ajal menjemputnya, dia minta untuk dimakamkan di Astana Giribangun. Hal ini karena sang istri telah berpesan bahwa dirinya meminta untuk dimakamkan dimakam keluarga tersebut kelak jika meninggal.

"Ia (Ibu Tien) dengan Yayasan Mangadeg Surakarta sudah membangun makam keluarga di Mangadeg, tepatnya di Astana Giribangun. Masa saya harus pisah dengan istri saya. Dengan sendiri saya pun minta dimakamkan di Astana Giribangun," ujar Soerharto dalam buku otobiografinya tersebut di halaman 561.

Namun pembangunan makam di atas bukit itupun tidak lepas dari pergunjingan. Banyak yang menyebut bahwa Soeharto menghiasi makam keluarga tersebut dengan emas. Isu itu pun segera dia bantah.

"Omongan orang bahwa Astana Giribangun itu dihias dengan emas segala, omong kosong. Tidak Benar. Dilebih-lebihkan. Lihat sajalah sendiri," ujar Soeharto.

Yang benar, menurut Soeharto, bangunan itu berlantaikan batu pualam dari Tulung Agung. Sedangkan kayunya memang diambil dari kayu-kayu berkualitas agar kuat dan tahan lama.

"Pintu-pintu di sana yang dibuat dari besi adalah karya pematung kita yang terkenal G Sidharta. Alhasil segalanya buatan bangsa sendiri," terangnya.

Ledakan keras saat penggalian makam Soeharto

Beberapa saat setelah RS Pusat Pertamina mengumumkan bahwa Soeharto meninggal dunia, Bupati Karanganyar saat itu beserta segenap Muspida langsung menggelar rapat. Dalam rapat yang khusus membahas persiapan pemakaman Soeharto itu juga dihadiri oleh Bupati Wonogiri, Begug Purnomosidi, juga Sukirno, pegawai Astana Giribangun.

Keesokan harinya, dilakukan upacara bedah bumi yang dipimpin langsung oleh Begug Purnomosidi di Astana Giribangun. Upacara kecil itu sebagai permohonan izin kepada Tuhan yang Mahakuasa agar arwah HM Soeharto diterima. Setelah itu pun penggalian makam dimulai.

"Hantaman linggis yang pertama menghujam, disusul hantaman yang kedua. Tepat pada hantaman linggis yang ketiga tiba-tiba duarrrrrr. Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami," ujar Sukirno dalam buku 'Pak Harto Untold Stories' halaman 344.

Sukirno yang kini menjadi juru kunci Astana Giribangun menyebut bahwa ledakan keras tersebut tidak mirip suara petir, melainkan lebih mirip suara bom. Namun di sekeliling Astana tidak ada yang porak poranda akibat ledakan keras tersebut.

Semua orang yang berada di Astana langsung menengadah ke atas mencari sumber dentuman keras atau mencari kerusakan. Namun ledakan tersebut hanya seolah bunyi keras yang tidak meninggalkan bekas.

"Alhamdulillah, ini mengisyaratkan bahwa Pak Harto benar-benar orang besar. Bumi mengisyaratkan penerimaannya terhadap jenazah beliau," ujar Bupati Begug kala itu.
Baca juga:
4 Cerita menarik Soeharto dan hobinya memancing
Soeharto malu baru disunat umur 14 tahun
5 Prinsip hidup kunci sukses Soeharto
Enak sekarang atau zaman Soeharto?
Pengakuan Pak Harto soal Petrus

Kamis, 05 Juli 2012

SOEHARTO

Suharto Family Portrait Original caption: Suharto family portrait. Photo shows the Indonesian President posing with his wife and children. Undated photograph. Image: © Bettmann/CORBIS President Clinton with Indonesian President Suharto Image: © Wally McNamee/CORBIS Photographer: Wally McNamee Date Photographed: October 27, 1995 Location Information: Washington, DC, USA Fifteh Deputy Premier Suharto Original caption: Close ups of Indonesian Fifth deputy premier Lt. Gen. Suharto. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: April 15, 1966 Location Information: Djakarta, Indonesia Indonesian Fifth Deputy Premier Original caption: Close ups of Indonesian Fifth deputy premier Lt. Gen. Suharto. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: April 15, 1966 Location Information: Djakarta, Indonesia President Nixon and Suharto Chatting Original caption: Washington: Indonesian President Suharto pays state visit to President Nixon at the White House. Photo shows Nixon and Suharto on reviewing stand during welcoming ceremonies. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: May 26, 1970 Location Information: Washington, DC, USA Ronald Reagan Conferring with Suharto Original caption: Washington: President Reagan meets with Indonesian President Suharto in Oval Office 10/1, where the two leaders began their formal talks. Image: © Bettmann/CORBIS Photographer: Ronald T. Bennett Date Photographed: October 12, 1982 Location Information: Washington, DC, USA President Nixon and Suharto Chatting Original caption: Washington: Indonesian President Suharto pays state visit to President Nixon at the White House. Photo shows Nixon and Suharto in Nixon's oval office. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: May 26, 1970 Location Information: Washington, DC, USA Fifth Deputy Premier of Indonesia Original caption: Close ups of Indonesian Fifth deputy premier Lt. Gen. Suharto. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: April 15, 1966 Location Information: Djakarta, Indonesia Suharto Suharto, president of Indonesia since 1967. When Suharto took office, he developed the New Order, aimed to rejuvenate the economy with help from Western investors. Image: © CORBIS Date Photographed: 20th century Suharto Speaks at Press Conference Original caption: 7/1966-Djakarta, Indonesia- In one of his rare appearances with the press, Suharto announces the new "Cabinet of the People's Sufferings," which is currently laying the groundwork for the general's economic and political recovery program in Indonesia. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: July 1966 Location Information: Djakarta, Indonesia President Suharto Addresses Parliament Original caption: 3/4/1967-Jakarta, Indonesia- Indonesia's "de factor" President Gen. Suharto (left) addresses Parliament March 4 for the first time since President Sukarno turned over full executive powers to him late last month. Suharto urged that Parliament be cautious in deciding whether to dismiss President Sukarno from his remaining titular position. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: March 4, 1967 Location Information: Jakarta, Indonesia Suharto Head and Shoulders in Uniform Original caption: 7/1966-Djakarta, Indonesia- Shy and retiring, Suharto rarely grants an interview, but is always ready to flash a warm, Javanese smile. His career is marked with dedication, having enlisted in the ranks of the Indonesian Army at the age of 19. Today, at 45, he is a full general and commands the nation's armed forces. Some people believe he also commands President Sukarno. He is shown here posing in uniform. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: July 1966 Location Information: Djakarta, Indonesia General Suharto at Microphone Original caption: 9/30/1966-Djakarta, Indonesia- Indonesian strongman General Suharto announces that former deputy premier Subandrio will go on trial for treason 10/1, the first anniversary of the attempted Communist coup in Indonesia. There are reports that President Sukarno may be forced to take the stand during Subandrio's trial and reveal for the first time his connections with the growth of Communist influence in Indonesia, prior to the takeover attempt. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: September 30, 1966 Location Information: Djakarta, Indonesia First Indonesian Cabinet Meeting Original caption: 8/4/1966-Jakarta, Indonesia- Members of the new Indonesian cabinet, formed July 25th, await the start of their first meeting at Freedom Palace. From left are: Chairman of the Presidium General Suharto; President Sukarno; Senior Minister of Economics and Finance S.H. Buwono IX; and Senior Minister of Politics A. Malik. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: August 4, 1966 Location Information: Jakarta, Indonesia Indonesian President Suharto with U Thant Indonesian President Suharto and his wife Siti meet United Nations Secretary General U Thant and his daughter Aye Aye at the United Nations Headquarters in New York. Image: © Bettmann/CORBIS Date Photographed: May 28, 1970 Location Information: Manhattan, New York, New York, USA Indonesia - Former Indonesian President Suharto in Hospital Former Indonesian President Suharto lies on a bed as he is accompanied by his daughter SIti Hardiyanti Rukmana (L) after he had a Thallium scan at Pertamina hospital, in Jakarta. The health of Indonesia's ailing former dictator Suharto regressed today, with his heart weakening and hemoglobin count low despite receiving a blood transfusion. Image: © Jurnasyanto Sukarno/epa/Corbis Photographer: Jurnasyanto Sukarno Date Photographed: January 8, 2008 Location Information: Jakarta, Indonesia Indonesian President Suharto and French President Georges Pompidou Indonesian President Suharto and French President Georges Pompidou at the entrance of the Elysee Palace during Suharto's official visit to France. Image: © Henri Bureau/Sygma/Corbis Photographer: Henri Bureau Date Photographed: November 13, 1972 Location Information: Paris, France Suharto and Ronald Reagan Suharto and Ronald Reagan during Suharto's visit to the White House. Image: © Dennis Whitehead/Corbis Photographer: Dennis Whitehead Date Photographed: October 1982 Location Information: Washington, DC, USA Indonesia - Politics - Former President Suharto Former Indonesian president Suharto waves to journalists shortly after being visited by former prime minister of Malaysia Mahatir Muhammad. The Attorney General may drop its plan to re-examine former president Suharto to determine whether he is fit to stand trial because it could cost too much money. Past efforts to bring Suharto to court on corruption and human rights charges have been derailed by a statement from a team of government doctors, which said the former president was unfit to stand trial because of brain damage and permanent injury to his nervous system. Image: © Mast Irham/epa/Corbis Photographer: Mast Irham Date Photographed: May 3, 2006 Location Information: Jakarta, Indonesia Indonesian President Suharto Meets Indira Gandhi Indonesian President Suharto visits Indian Prime Minister Indira Gandhi in New Delhi. Image: © Kapoor Baldev/Sygma/Corbis Photographer: Kapoor Baldev Date Photographed: December 1980 Location Information: New Delhi, India PRESIDENT WAHID VISITS EX-PRESIDENT SUHARTO Image: © JUFRI KEMAL/CORBIS SYGMA Photographer: KEMAL JUFRI Date Photographed: March 8, 2000 PRESIDENT WAHID VISITS EX-PRESIDENT SUHARTO Original caption: Yenny (Wahid's daughter), Abdurrahman Wahid, Suharto and his daughter, Siti Hardiyanta Rukmana. Image: © JUFRI KEMAL/CORBIS SYGMA Photographer: KEMAL JUFRI Date Photographed: March 8, 2000 PRESIDENT WAHID VISITS EX-PRESIDENT SUHARTO Image: © JUFRI KEMAL/CORBIS SYGMA Photographer: KEMAL JUFRI Date Photographed: March 8, 2000 SUHARTO'S RESIGNATION Original caption: The Indonesian dictator has decided to resign after 32 years of power. Image: © CORBIS SYGMA Photographer: Jacques Langevin Date Photographed: May 21, 1998 SUHARTO'S RESIGNATION Original caption: The Indonesian dictator has decided to resign after 32 years of power. Image: © CORBIS SYGMA Photographer: Jacques Langevin Date Photographed: May 21, 1998 FIRST EUROPE-ASIA SUMMIT IN BANGKOK Image: © Bernard Bisson/Sygma/Corbis Photographer: Bernard Bisson Date Photographed: March 2, 1996 SUMMIT FOR SOCIAL DEVELOPMENT IN COPENHAGEN Image: © Bernard Bisson/Sygma/Corbis Photographer: Bernard Bisson Date Photographed: March 12, 1995 HILLARY CLINTON ON THE FRINGES OF THE APEC SUMMIT Image: © MC NAMEE WALLY/CORBIS SYGMA Photographer: Wally McNamee Date Photographed: November 16, 1994 OFFICIAL VISIT OF PRESIDENT SUHARTO TO FRANCE Image: © Bernard Bisson/Sygma/Corbis Photographer: Bernard Bisson Date Photographed: November 24, 1992 OFFICIAL VISIT OF PRESIDENT SUHARTO TO FRANCE Image: © Bernard Bisson/Sygma/Corbis Photographer: Bernard Bisson Date Photographed: November 24, 1992 DAKAR: O.C.I. ISLAMIC SUMMIT: ARRIVAL Image: © ORBAN THIERRY/CORBIS SYGMA Photographer: Thierry Orban Date Photographed: December 9, 1991 The family has denied that it benefited unfairly from tax breaks and other favors and said government contracts had been subject to competitive bidding, a widely disputed assertion. At left, Mr. Suharto during his 86th birthday celebration in June 2007. Posted By:Tribeca When he came to power, Mr. Suharto refused at first to move into the presidential palace, saying he preferred to live in his own modest house in Jakarta. During his years as president, however, his homes became palatial. Like his predecessor Sukarno, left, Mr. Suharto, right, worked to forge national unity in a fractious country of 200 million people comprising 300 ethnic groups speaking 250 languages and inhabiting more than 17,000 islands spread over a 3,500-mile archipelago. Suharto, right, with Gen. Abdul Haris Nasution in September 1966. Mr. Suharto after he was forced from office. He managed to escape criminal prosecution for embezzling millions of dollars, possibly billions, by having himself declared too ill and mentally incapable to stand trial. A civil suit against him was pending at the time of his death. Mr. Suharto and his family became notorious for controlling state enterprises and taking kickbacks for government contracts, for siphoning money from state charities, and for gross violations of human rights. At left, Mr. Suharto at the family's Tapos ranch in Bogor, West Java, Indonesia. Mr. Suharto voted in the presidential elections on July 5, 2004, near his home in Jakarta. Mr. Suharto with his 5-year-old son Hutomo Mandala Putra, popularly known as Tommy, on June 24, 1968. President Suharto took the oath of office on March 11, 1968 in Jakarta. Mr. Suharto brought what became known as the New Order to Indonesia, but at the price of repression. Maj. Gen. Suharto, left, in October 1965 with Gen. Sabur, commander of Sukarno's presidential guard. After 32 years as the leader of Indonesia, Mr. Suharto was forced from office in 1998. Mr. Suharto died from multiple organ failure on Jan. 27 at the age of 86. Sukarno, left, fell from power in 1965 after an abortive leftist coup. Mr. Suharto, one of the few senior military officers to escape execution on the first day of that uprising, moved decisively against the insurgents and effectively took control of the country, but not before a blood bath left hundreds of thousands dead. Mr. Suharto with Vice President Spiro Agnew, and Mrs. Suharto with Judy Agnew in Washington in May 1970. Suharto Suharto during his visit to the White House. Image: © Dennis Whitehead/Corbis Photographer: Dennis Whitehead Date Photographed: October 1982 Location Information: Washington, DC, USA



Emas Astana Giribangun & ledakan saat penggalian makam Soeharto

Reporter : Hery H Winarno
Minggu, 3 Maret 2013 08:57:38 Soeharto. ©repro Sekretariat Negara RI
3607
 


Jauh sebelum meninggal pada 27 Januari 2008, Soeharto telah memilih makam untuk dirinya. Meski berhak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Soeharto memilih untuk dimakamkan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.

Tidak sembarangan Soeharto memilih dimakamkan di tempat tersebut, kecintaannya pada sang istri, Ibu Tien membuatnya Astana Giribangun dipilih sebagai tempat peristirahatannya yang terakhir.

Makam ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram. Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 666 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.

Dalam buku otobiografi, 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang diterbitkan tahun 1989, Presiden Kedua Republik Indonesia tersebut berpesan kelak jika ajal menjemputnya, dia minta untuk dimakamkan di Astana Giribangun. Hal ini karena sang istri telah berpesan bahwa dirinya meminta untuk dimakamkan dimakam keluarga tersebut kelak jika meninggal.

"Ia (Ibu Tien) dengan Yayasan Mangadeg Surakarta sudah membangun makam keluarga di Mangadeg, tepatnya di Astana Giribangun. Masa saya harus pisah dengan istri saya. Dengan sendiri saya pun minta dimakamkan di Astana Giribangun," ujar Soerharto dalam buku otobiografinya tersebut di halaman 561.

Namun pembangunan makam di atas bukit itupun tidak lepas dari pergunjingan. Banyak yang menyebut bahwa Soeharto menghiasi makam keluarga tersebut dengan emas. Isu itu pun segera dia bantah.

"Omongan orang bahwa Astana Giribangun itu dihias dengan emas segala, omong kosong. Tidak Benar. Dilebih-lebihkan. Lihat sajalah sendiri," ujar Soeharto.

Yang benar, menurut Soeharto, bangunan itu berlantaikan batu pualam dari Tulung Agung. Sedangkan kayunya memang diambil dari kayu-kayu berkualitas agar kuat dan tahan lama.

"Pintu-pintu di sana yang dibuat dari besi adalah karya pematung kita yang terkenal G Sidharta. Alhasil segalanya buatan bangsa sendiri," terangnya.

Ledakan keras saat penggalian makam Soeharto

Beberapa saat setelah RS Pusat Pertamina mengumumkan bahwa Soeharto meninggal dunia, Bupati Karanganyar saat itu beserta segenap Muspida langsung menggelar rapat. Dalam rapat yang khusus membahas persiapan pemakaman Soeharto itu juga dihadiri oleh Bupati Wonogiri, Begug Purnomosidi, juga Sukirno, pegawai Astana Giribangun.

Keesokan harinya, dilakukan upacara bedah bumi yang dipimpin langsung oleh Begug Purnomosidi di Astana Giribangun. Upacara kecil itu sebagai permohonan izin kepada Tuhan yang Mahakuasa agar arwah HM Soeharto diterima. Setelah itu pun penggalian makam dimulai.

"Hantaman linggis yang pertama menghujam, disusul hantaman yang kedua. Tepat pada hantaman linggis yang ketiga tiba-tiba duarrrrrr. Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami," ujar Sukirno dalam buku 'Pak Harto Untold Stories' halaman 344.

Sukirno yang kini menjadi juru kunci Astana Giribangun menyebut bahwa ledakan keras tersebut tidak mirip suara petir, melainkan lebih mirip suara bom. Namun di sekeliling Astana tidak ada yang porak poranda akibat ledakan keras tersebut.

Semua orang yang berada di Astana langsung menengadah ke atas mencari sumber dentuman keras atau mencari kerusakan. Namun ledakan tersebut hanya seolah bunyi keras yang tidak meninggalkan bekas.

"Alhamdulillah, ini mengisyaratkan bahwa Pak Harto benar-benar orang besar. Bumi mengisyaratkan penerimaannya terhadap jenazah beliau," ujar Bupati Begug kala itu.
Baca juga:
4 Cerita menarik Soeharto dan hobinya memancing
Soeharto malu baru disunat umur 14 tahun
5 Prinsip hidup kunci sukses Soeharto
Enak sekarang atau zaman Soeharto?
Pengakuan Pak Harto soal Petrus


Soeharto malu baru disunat umur 14 tahun

Reporter : Ramadhian Fadillah
Minggu, 3 Maret 2013 06:01:00 Soeharto. ©repro Museum Purna Bhakti Pertiwi
211
 


Dari bayi hingga remaja, Soeharto kecil hidup berpindah-pindah. Kebanyakan menumpang pada keluarga atau kenalan ayahnya. Masa kecil Presiden Republik Indonesia ke-2 ini pun lekat dengan kemelaratan.
Setelah tamat sekolah rendah lima tahun di daerah Wuryantoro, Yogyakarta, Soeharto kemudian melanjutkan ke sekolah lanjutan rendah (schakel school) di Wonogiri. Dia dan Sulardi, sepupunya, menumpang hidup di rumah kakak perempuannya di Selogiri, 6 Km dari Wonogiri.
Nah pada masa itu pula Soeharto disunat. Kira-kira tahun 1935, saat usianya sudah 14 tahun. Agak malu juga karena sudah terbilang tua untuk sunat.
"Terhitung sudah agak tua waktu saya disunat, yakni pada umur 14 tahun. Mungkin sebabnya cuma karena tidak gampang mengumpulkan biaya," kenang Soeharto dalam biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH.
Seperti lazimnya sunatan di Jawa, maka diikuti dengan syukuran. Namun karena keterbatasan dana, syukuran yang digelar sangat sederhana. Peristiwa itu sangat berkesan untuk Soeharto.
"Bagaimana pun rasanya saya merasa gembira. Dan memang saya mesti bersyukur," kata Soeharto.
Setelah disunat, Soeharto merasakan pertumbuhan fisiknya melesat. Badannya tumbuh tinggi besar.
"Padahal apa yang disediakan untuk saya tetap sama. Makanan yang tersedia tidak bertambah," kenangnya.
Setelah disunat, Soeharto kembali harus berpindah tumpangan. Kakak perempuannya bercerai. Maka terpaksa Soeharto pindah ke Wonogiri dan menumpang pada teman ayahnya, seorang pensiunan pegawai kereta api bernama Hardjowijino. Di rumah ini Soeharto ikut membersihkan rumah, belanja ke pasar, hingga menjual hasil kerajinan tangan Ibu Hardjo. Soeharto pun memasak saat sore hari atau saat tidak bersekolah.
"Saya tidak mengeluh. Saya mendapat didikan yang bermanfaat, sangat bermanfaat di rumah Pak Hardjowijono. Saya jadi pekerja, jadi tukang yang akan bisa berdiri sendiri jika keadaan memaksa. Dan rasa-rasanya saya bisa belajar dengan cepat melakukan hal itu," kata Soeharto.
Tak ada yang menyangka, bocah yang telat disunat karena kurang biaya itu akhirnya menjadi seorang pemimpin pasukan dan akhirnya menjadi Presiden Republik Indonesia selama 32 tahun.
Baca juga:
5 Prinsip hidup kunci sukses Soeharto
Probosutedjo: Pak Harto aktor Serangan Umum 1 Maret
Serangan Umum 1 Maret dan kisah Soeharto tak mempan ditembak
Enak sekarang atau zaman Soeharto?
Pemerintah harus disalahkan soal gambar Soeharto


Soeharto jawab isu punya selir bintang film

Reporter : Ramadhian Fadillah
Selasa, 12 Maret 2013 06:03:00 Soeharto. ©Koleksi Hj. Siti Hardiyanti Rukmana
67
 


Periode 1980an, beredar isu Presiden Soeharto selingkuh dengan bintang film cantik yang sedang ngetop kala itu. Semua kalangan mulai dari ibu rumah tangga, mahasiswa, hingga kuli bangunan membahasnya sambil bisik-bisik. Namanya era Orde Baru, ketahuan membicarakan presiden selingkuh bisa-bisa ditangkap.

Bintang film itu berinisial R. Dia membintangi beberapa film era 70 dan 80an. Isu itu juga menyebutkan Ibu Tien Soeharto mengamuk saat mengetahui suaminya selingkuh.

Soeharto menepis kabar perselingkuhan tersebut. Dia mengaku kabar angin tersebut dihembuskan untuk menjatuhkan dirinya menjelang Pemilu.

"Isu itu menyebutkan seolah-olah saya, Presiden RI, mempunyai selir atau simpanan bintang film terkenal. Isu itu rupanya sudah lama beredar dan dibangkitkan lagi menjelang Pemilu 1982," bantah Soeharto dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada.

Soeharto mengaku terganggu dengan isu itu. Menurutnya dia sama sekali tidak kenal dengan R, bintang film itu.

"Isu itu berkembang di tengah mahasiswa dan ibu rumah tangga. Padahal kenal dan jumpa pun saya tidak pernah dengannya. Isu-isu semacam itu cuma upaya buruk dari sementara pihak yang tidak suka pada saya," kata Soeharto.

Soeharto lalu berkisah soal keluarganya yang harmonis dan sakinah. Menurut Soeharto, cintanya hanya pada Tien seorang.

"Kami-istri dan saya, memang sama-sama setia, saling mencintai, penuh pengertian dan saling mempercayai," kata Soeharto.


5 Prinsip hidup kunci sukses Soeharto

Reporter : Ramadhian Fadillah
Sabtu, 2 Maret 2013 07:02:00 Pak Harto The Untold Stories. ©2013 Merdeka.com/repro/museum purna bhakti pertiwi
2172
 


Presiden Soeharto hidup dengan memegang falsafah Jawa. Dia selalu merenungi nasihat-nasihat yang kemudian dijadikannya prinsip hidup. Diresapinya kalimat-kalimat yang mengandung arti kebajikan dan pesan itu.
Dari ayah tirinya Atmopawiro, Soeharto mempelajari spiritual. Soeharto selalu puasa Senin Kamis dan tidur di tritisan atau di bawah ujung atap di luar rumah.
"Pada masa itu saya ditempa mengenal dan menyerap budi pekerti dan filsafah hidup yang berlaku di lingkungan saya. Mengenal agama dan tata cara hidup Jawa," kata Soeharto dalam biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH.
Dari pamannya seorang mantri pertanian bernama Prawirodiharjo, Soeharto mempelajari hidup sebagai petani yang harus selaras dengan alam. Prinsip-prinsip hidup semasa kecil terus diamalkan Soeharto hingga dia menjadi pejabat.
Akhirnya, Soeharto yang anak seorang petugas irigasi, bisa menjadi presiden kedua Republik Indonesia. Selama 32 tahun, Soeharto memimpin Indonesia dengan pro dan kontra.
Apa saja prinsip hidup Soeharto yang menjadikannya sukses?
Mulai dari :Aja kagetan, aja gumunan dan aja dumeh

Minggu, 08 Januari 2012

Dengar Lagu MP3 Indonesia





SejutaLagu MP3 Player


Browser Anda belum memiliki Adobe Flash Player. Klik disini untuk download.





Minggu, 17 Oktober 2010

BIOGRAFI SINGKAT PRESIDEN INDONESIA


1. SOEKARNO (17 Agustus 1945 – 12 Maret 1967)

Ir. Soekarno (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Soekarno adalah penggali Pancasila karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan ia sendiri yang menamainya Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.

Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya - berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.


2. SOEHARTO (12 Maret 1967 – 21 Mei 1998)



Jend. Besar TNI Purn. Haji Moehammad Soeharto, (ER, EYD: Suharto) (lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun adalah Presiden Indonesia yang kedua (1967-1998), menggantikan Soekarno.

Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September, Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini menewaskan lebih dari 500.000 jiwa.

Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh MPRpada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden. Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie.

Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat ini. Dalam masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru, Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur. Suharto juga membatasi kebebasan warganegara Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur, dan dianggap sebagai rezim paling korupsi sepanjang masa dengan jumlah US$15 milyar sampai US$35 milyar. Usaha untuk mengadili Soeharto gagal karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit berkepanjangan, ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2008.


3. BJ. HABIBIE (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)


Bacharuddin Jusuf Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936; umur 74 tahun) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan olehAbdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.


4. ABDURRAHMAN WAHID (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)


Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009, pada usia 69 tahun) adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional.

Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).


5. MEGAWATI SOEKARNO PUTRI (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)


Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau umum dikenal sebagai Megawati Soekarnoputri (lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947; umur 63 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan anak presiden Indonesia pertama yang mengikuti jejak ayahnya menjadi presiden. Pada 20 September 2004, ia kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam tahap kedua pemilu presiden 2004.

Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999-2001, ia menjabat Wakil Presiden di bawah Gus Dur.

Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sejak memisahkan diri dari Partai Demokrasi Indonesia pada tahun 1999.


6. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (20 Oktober 2004 - sekarang)


Jend. TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (lahir di Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, Indonesia, 9 September 1949; umur 60 tahun) adalah Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004. Ia, bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004. Ia berhasil melanjutkan pemerintahannya untuk periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali ini bersama Wakil Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi dimulai, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih kembali untuk periode kedua.

Yudhoyono yang dipanggil "Sus" oleh orang tuanya dan populer dengan panggilan "SBY", melewatkan sebagian masa kecil dan remajanya di Pacitan. Ia merupakan seorang pensiunan militer. Selama di militer ia lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Karier militernya terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat. Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25 September 2000. Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan suaranya dari Presiden Megawati Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia. Hal ini dimungkinkan setelah melalui amandemen UUD 1945.

Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan Kristiani Herrawati yang merupakan anak perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm), komandan RPKAD (kini Kopassus) yang turut membantu menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965.

Senin, 21 Juni 2010

lagu lawas

download kla projet - bantu aku.mp3
download utha likumahua - ku ingin.mp3
download utha likumahua - tak ingin yang lain.mp3
download utha likumahua - maaf.mp3
download utha likumahua - untuk apa lagi.mp3
download utha likumahua - cinta
download utha likumahua - kau
download utha likumahua -mereka
download utha likumahua - haruskah ku pergi
download utha likumahua - tersiksa lagi
download ermi kulit - sesal .mp3
download niky astria - biar semua hilang
download niky astria - bias sinar
download gito rollies - astuti
download gito rollies - dona dona
download gito rollies - nona
download gito rollies - hari - hari
download gito rollies - cinta yang tulus
download gito rollies - burung kecil
download Reza - Ketulusan
download Reza - aku wanita
download Reza - getir
download Reza - biar menjadi kenangan
download Merpati band - Tak Selamanya Selingkuh itu Indah
download Merpati band - wanita yang mencintaimu

Jumat, 19 Maret 2010

lagu-lagu dangdut Rhoma Irama, Elvi S dll download gratis

clik lagu yang mau di download di bawah ini
rhoma & elvi - 17 tahun
rhoma & elvi - aku saudaramu
rhoma & elvi - burung dalam sangkar
rhoma & elvi - berbulan madu
rhoma & elvi - curi-curi
rhoma & elvi - dimana kau ibu
rhoma & elvi - do'a suci
rhoma & elvi - hampir saja
rhoma & elvi - joget
rhoma & elvi -karena judi
rhoma & elvi - joget duet
rhoma & elvi - kaya hati
rhoma & elvi - ke monas
rhoma & elvi - kribo
rhoma & elvi - kutunggu
rhoma & elvi - malang
rhoma & elvi -mari-mari
rhoma & elvi - menangis
rhoma & elvi -tepuk nyamuk
rhoma & elvi - wahai pesona
rhoma & elvi - keramat